Wednesday, November 28, 2007
Monday, November 26, 2007
Berburu Andrea Hirata
Minggu kemaren,saya memutuskn untuk ke Gramed. Sbenernya awal janjian mo ke Gramed sm temen2,tp gagal. Berbekal peta busway yg dikasih oleh Om fajar, saya berangkat ke Gramed Matraman. Turun di halte Matraman, clingak-clinguk nyari gedung yg bertuliskan Gramedia,gk ada!.
Telp iwan nanya dimana letak gedung itu, gk mungkin dung saya pulang lagi. Akhirnya jalan deh ke arah senin sesuai instruksi Iwan, Alhamdulillah ketemu, ternyata depan Halte Tegalan. Ffyuh!! Capek deh.
Tanpa banyak kata,saya masuk. Langsung naik ke lantai atas,ternyata disitu banyak orang lagi bagi-bagi semacam brosur ttg Andrea Hirata. Semua orang itu pake kaos warna item bertuliskan Laskar Pelangi. Duuhhh.. langsung naksir deh saya (sama kaosnya).
Akhirnya saya putuskan tanpa harus menimbang2 lagi,saya ikut talkshow Andrea Hirata.
Alhamdulillah setelah antri masuk yg gk terlalu lama,saya dapet tempat duduk dishaf ke 6. duduk disebelah saya ibu-ibu,ehm lebih tepatnya nenek-nenek memakai jilbab putih. Beliau sendirian,MasyaAllohbegitu semangatnya sampai2 buku laskar pelangi beliau bawa plus buku catatan n bolpen.
Gak lama bang Andrea *cieeeeeee bang "/>muncul bersama kembaranku Wulan Guritno . semua jadi heboh deh,yang belakang pada maju,yang depan lebih maju lgi,foto sana-sini plus tepuk tangan dan tersenyum gembira. Sempet terjadi kericuhan,karna banyak yg berdiri,jadinya yang duduk di belakang gk kelihatan. Akhirnya susana tenang nan nyaman pun terwujud berkat Andrea yg rela berdiri agar penonton bisa lihat dirinya "/>. Sayang, Wulan Guritno selaku bintang tamu kurang begitu berperan karna mbak wulan belum baca buku laskar pelangi. Yaaaaahh kecewa dech penonton ,kenapa gk ngundang saya ajah sebagai bintang tamunya sih bang Andrea .
sesi pertanyaan dibuka. semua pada angkat tangan Tanda menyerah Ups..salah angkat tangan pengen nanya.
Rata-rata pertanyaan seputar buku trilogi Andrea(ya iyalah):
-bagaimana kiat sukses menjadi penulis? * ..panjang jawabannya,salah sendiri gk dateng jd gk tau kn
-bagaimana kabar anggota Laskar Pelangi? *baik-baik saja (lho?)
-bagaimana kabar Lintangdan Arai kenapa gk ada di KickAndy? *ternyata gk semua orang mau diexpose,
-kenapa dlam buku pertama, Arai tidak dicritakan? *krna dibuku pertama tujuan utama didekasikan untuk guru tercintanya Bu Mus
-apakah andrea sudah berumah tangga? *yeaaahh pertanyaan yg saya tunggu-tunggu
-dimana sekarang Arai? * ternyta beliau sedang menyelesaikan S3 nya
-bagaimana kabar Alin? * tunggu buku ke empat
gak ketinggalan,ibu2 alias nenek sebelah saya juga memberi masukan pada Andrea. "... semoga buku andrea ini bisa dijadikan bacaan wajib bagi guru-guru,karna jaman sekarang banyak guru yg tidak memperdulikan murid-muridnya maupun sebaliknya...."sedikit kutipan dr beliau (sang nenek),beliau dapet hadiah buku deh dr Andrea
2 jam sudah talkshow berakhir,tapi saya gk langsung pulang hehehe,saya mau minta tanda tangan .
akhirnya setelah ikut aksi dorong-mendorong dengan rival pencari tandatangan Andrea,saya bisa duduk berdua dengan Andrea Hirata pemirsa .
"hi" * sapa bang Andrea
I'm speechless
"kuliah ya? dimana?" tanya nya
"Budi Luhur"*jawabku polos
haduuuhhh.. bener-bener nge fans sayah . kapan-kapan ketemu lagi yah Andrea .
sebelum pulang,saya sempatkan keliling Gramed. saya kalap banyak buku-buku yang pengen saya beli.tapi apadaya gaji turun tanggal 28 . tapi walaupun begitu saya beli buku juga, daripada nyampek kosan ntar dedek dalam perut ngiler terus mending beli kaan? . sbenernya sungkan seh mau beli coz pada saat itu saya lagi online ma myndut hehehe,pdahal kemaren kn bilang gk punya uang, buat makan ajah gk ada sampai2 di bela-belain maem nasi kucing 1 hari 3 kali yang murah meriah gt loh, eh..eh malah beli buku 'The Secret' yg harganya 49000 . Maafkan aq ,jangan kapok ngasih uang lagi yah *kedips-kedips manja*
Finally, saya pulang dengan selamat sampai kosan, but mampir dulu maem di Ambassador. Next time saya akan baliklagi ke Gramed,beli buku inceran saya tentunya .
**ngeblog disaat kerja banyak tlp komplen,emang asyikk drpd mikirin orang bolos kerja.dibawa senang saja
Sunday, November 25, 2007
TAKUT MENIKAH??
Inilah masalah klasik seputar menikah, terutama bagi pihak pemuda.
1. Belum Kerja
Ketika sudah merasa cocok dengan seorang muslimah, dan jika ditunda-tunda bisa berakibat buruk, ternyata si Pemuda belum punya pekerjaan untuk menghidupi keluarga kelak. "mau dikasih makan apa anak dan istri kamu, dikasih cinta doang ?!?" Begitulah perkataan sinis yang senantiasa terngiang-ngiang ditelinganya.
Seorang laki-laki memang merupakan tulang punggung dalam sebuah keluarga. Menghidupi seluruh anggota keluarga adalah tangging jawabnya. Rasulullah bersabda, yang artinya,
"Bertaqwalah kepada Allahdalam memperlakukan wanita. Sebab kamu mengambilnya dengan amanat allah dan farjinya menjadi halal bagi kamu dengan kalimat Allah. (Menjadi) kewajiban kamu untuk memberi rizki dan pakaiannya dengan cara yang baik." (HR.Muslim)
Dengan demikian, penghasilan dalam suatu keluarga memang diperlukan. Namun sebenarnya, tidak berarti belum kerja kemudian tidak boleh menikah. Allah SWT berfirman, yang artinya,
"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian (belum menikah) diantara kamu, dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamuyang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Surat An-Nur : 32)
Penghasilan bisa dicari setelah menikah. Yang pertama kali harus dilakukan adalah percaya dan yakin akan janji Allah pada firman-Nya di atas. Tak sedikit pemuda yang susah mencari kerja sebelum menikah, tapi setelah menikah ternyata banyak tawaran kerja dan peluang kerja.
Sebagai persiapan sebelum menikah, kesungguhan dalam menuntut ilmu dunia agar kelak mudah mendapatkan penghidupan yang baik pula untuk dilakukan. Walaupun tak selamanya relevan, kuliah yang baik dan dan prestasi yang bagus masih merupakan suatu modal yang dapat diandalkan dalam mencari kerja. Bagaimana kalau kuliah sudah terlanjur tidak karuan ? Jika sudah begini perlu juga pegang prinsip bahwa pekerjaan kelak tidak harus sesuai dengan bidang yang dipelajari saat ini. Banyak yang dapat rejeki lumayan dari bekerja dalam suatu bidang yang dulu tidak pernal dipelajari dalam jenjang pendidikan formal.
Persiapan lain yang bisa dilakukan adalah kuliah sambil kerja. Sembari menabung, juga bisa untuk jaga-jaga apabila ketika lulus nanti tidak langsung diterima bekerja sesuai bidang yang dipelajari.
2. Belum Lulus
Berbeda dengan yang pertama, masalah yang satu ii bisa menjadi penghalang bagi pihak pemuda dan pemudi. Mungkin seseorang sudah bekerja atau sudah punya prinsip untuk mencari kerja setelah menikah namun ia ragu untuk menikah gara-gara belumlulus kuliah. Bisa jadi pula yang punya alasan seperti ini sang pemudi pujaan hatinya. Bayangan kuliah sambil menikah baginya tampak menyeramkan. Kuliah sambil mengurus diri sendiri saja sudah repot apalagi jika harus ditambah tanggung jawab mengurus orang lain. Ditambah kalau si buah hati sudah lahir dan belum juga lulus kuliah, tampaknya akan tambah repot.
Sebenarnya, menikah tidaklah selalu mengganggu kuliah. Malahan hadirnya pendamping hidup baru bisa menambah semangat utuk belajar. Bisa jadi, sebelum menikah malas-malasan belajarnya, ketika sudah menikah malah tambah semangat dan tambah rajin untuk belajar. Tidak sedikit yang mengalami perubahan demikian, apalagi secara peraturan akademik seorang mahasiswa sudah diperbolehkan untuk menikah. Seorang mahasiswa sudah tidak dianggap ABG (Anak Baru Gede) lagi, tapi AUG (Anak Udah Gede) alias sudah dewasa. Seorang yang sudah dewasa dianggap sudah bisa bertanggung jawab apa yang menjadi pilihan hidupnya.
Memang benar untuk tetap mengadakan persiapan jika mengambil jalan menikah di saat masih kuliah. Yang pertama harus disadari adalah bahwa hidup berkeluarga adalah berbeda dengan hidup sendirian. Tidak pantas jika orang yang sudah menikah tetap bebas, lepas, menelantarkan keluarganya sebagaimana dulu bisa ia lakukan ketika masih lajang. Orang yang menikah sambil kuliah juga harus pandai-pandai mengatur waktu antara tanggung jawabnya dalam keluarga dan dalam belajar. Selain waktu, manajemen pemikiran juga solid, karena begitu menikah masalah-masalah dulu yang belum ada mendadak bermunculan secara serentak. Bagaimana memahami pasangan hidup baru, bagaimana jika hamil dan melahirkan, bagaimana mendidik anak, bagaimana mencari rumah -nebeng mertua atau cari kontrakan-, bagaimana bersikap kepada mertua, tetangga dan lain-lain, apalagi masih harus memikirkan pelajaran.
Pusing....? Semoga tidak. Sebenarnya menikah sambil kuliah bisa disiapkan sejak hari ini, bahkan juga sudah sejak SD. Modal awalnya adalah manajemen diri sendiri. Ketika seorang sudah sejak dahulu berlatih untuk hidup mandiri, akan mudah baginya untuk hidup berkeluarga. Misalnya saja sudah sejak SD bisa mencuci pakaian dan piring sendiri, mengatur waktu belajar, berorganisasi, dan bermain, mengatur keuangan sendiri, dan sebagainya. Kesiapan juga bisa diraih jika seseorang biasa menghadapi dan memecahkan problem hidupnya. Karena itu perlu organisasi dan bersaudara dengan orang lain, saling mengenal, memahami orang lain dan membantu kesulitannya.
3. Belum Cocok
Mungkin pula sudah lulus, sudah kerja, sudah berusaha cari calon pasangan tapi merasa belum menemukan pasangan yang cocok, sehingga belum jadi menikah pula, padahal sudah hampir tidak tahan ! Ini juga merupakan masalah yang bisa datang dari kedua belah pihak, baik pihak pemuda maupun pemudi.
Kecocokan memang diperlukan. yang jadi ertimbangan dasar dan awal tetntu saja faktor agama, yaitu aqidah dan akhlaknya. Allah berfirman, yang artinya
"Mereka (perrempuan-perempuan mukmin) tidak halal bagi laki-laki kafir. Dan laki-laki kafir pun tidak halal bagi mereka." (Al-Mumtahanah : 10)
Rasulullah juga bersabda,
"Wanita itu dinikahi karena 4 hal : karena kecantikannya, karena keturunannya, karena kekayaannya, dan karena agamanya. Menangkanlah dengan memilih agamanya maka taribat yadaaka (kembali kepada fitrah atau beruntung)." (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain)
Keadaan yang lain adalah nomor dua setelah pertimbangan agama. Namun kebanyakan di sinilah ketidakcocokannya. Sudah dapat yang agamanya bagus tapi kok nggak cocok pekerjaannya, nggak cocok latar belakang pendidikannya, nggak cocok hobinya, warna matanya kok begitu, pakai kacamata, kok hidungnya...dan lain-lain.
Kalau mau mencari kekurangan tiap orang pasti punya kekurangan karena tidak ada manusia yang diciptakan secara sempurna. Sudah cantik, kaya, keturunan bangsawan, pandai, rajin, keibuan, penyayang, tidak pernah berbuat salah.
KetikaKetika seorang pemuda atau pemudi sudah mau menikah, memang seharusnya cari tahu dulu tentang calon pasangan hidupnya ke sahabatnya, saudaranya atau ustadznya, atau yang lainnya, baik kelebihan maupu kekurangannya. Jika sudah tahu, tanyakan pada diri sendiri, apakah bisa menerima dan memaklumi kekurangan serta kelebihan si dia. Rasulullah bersabda, yang artinya,
"Janganlah seorang mukmin laki-laki membenci mukmin perempuan. Bila dia membencinya dari satu sisi, tapi akan menyayang dari sisi lain." (HR.Muslim)
Jadi, jangan hanya melihat kekurangannya saja, tapi juga perlu melihat kelebihannya. Ketika kekurangan sudah bisa diterima, kelebihan akan lebih bisa menimbulkan perasaan suka. Karea itu, jangan sampai sulit nikah karena dibikin sendiri.
4. Belum Mantap
Masalah satu ini juga bisa terjadi pada tiap orang pihak pemuda, pihak pemudi, baik yang sudah kerja atau yang belum, baik sudah lulus atau belum. Pertama kali, perlu diselidiki belum mantapnya itu karena apa, karena tak sedikit yang beralasan belum mantap, ketika ditelusuri larinya juga menuju ketiga masalah 'belum' di atas.
Namun ada juga yang belum mantap karena memang merasa persiapan dirinya kurang baik ilmu tentang pernikahan, keluarga, dan pernik-pernik di sekitarnya. Orang seperti ini malah tidak memusingkan masalah ketiga 'belum' di atas, karena memang dia merasa belum siap dan belum mampu.
Solusinya tidak lain adalah mementapkan dan mempersiapkan diri. Hal ini bisa ditempuh lewat menuntut ilmu tentang pernikahan, dan keluarga, baik dengan menghadiri pengajian, yang membahas masalah tersebut atau dengan membaca buku-buku mengenainya. Penting pula untuk menimba pengalaman kepada orang yang sudah menikah, karena kadang-kadang buku-buku dan ceramah ilmiah dan formal tidak membahas masalah praktis yang detail yang diperlukan agar siap menikah.